Laporan Accenture, Adopsi AI Meningkat Pesat, Pemimpin Bisnis Harus Beradaptasi -->

Iklan Cawako Sawahlunto

Laporan Accenture, Adopsi AI Meningkat Pesat, Pemimpin Bisnis Harus Beradaptasi

Sabtu, 01 Maret 2025
Semakin Banyak Digunakan Orang, AI Semakin Meningkat


Jakarta – Penelitian terbaru dari Accenture menunjukkan bahwa dunia sedang memasuki era digitalisasi baru yang didorong oleh kecerdasan buatan (AI). Perkembangan AI yang semakin pesat memungkinkan peningkatan tingkat otonomi dalam berbagai aspek organisasi. Oleh karena itu, kepercayaan terhadap kinerja AI menjadi faktor utama yang menentukan apakah teknologi ini dapat mencapai potensinya secara maksimal.


Laporan Accenture Technology Vision 2025 membahas bagaimana masa depan akan dibentuk oleh otonomi yang didukung AI serta peranannya dalam menciptakan inovasi di berbagai sektor.


1. Percepatan Adopsi AI

Laporan ini mengungkapkan bahwa AI diadopsi lebih cepat dibandingkan teknologi sebelumnya, baik di sektor industri maupun dalam kehidupan masyarakat. Hal ini menyebabkan 65% eksekutif di Indonesia merasa perlu adanya strategi baru dalam perancangan, pembangunan, dan pengelolaan sistem teknologi.


AI diprediksi akan menjadi mitra dalam pengembangan teknologi, berfungsi sebagai duta merek digital, mengoperasikan robot, serta menciptakan hubungan simbiotik baru dengan manusia untuk menghasilkan manfaat yang lebih besar.


Namun, Jayant menegaskan bahwa manfaat AI hanya dapat diperoleh secara optimal jika para pemimpin bisnis membangun kepercayaan terhadap teknologi ini. Kepercayaan tersebut akan memastikan bahwa AI benar-benar memberikan manfaat bagi bisnis dan masyarakat.


2. Membangun Kepercayaan pada AI

Kepercayaan terhadap AI bukan hanya soal kemampuan teknologinya, tetapi juga keyakinan bahwa AI akan bekerja sesuai dengan ekspektasi dan memberikan dampak positif yang luas.


Keakuratan, prediktabilitas, konsistensi, serta transparansi menjadi elemen penting dalam memastikan AI dapat digunakan secara bertanggung jawab. Sebanyak 58% eksekutif di Indonesia meyakini bahwa manfaat AI hanya dapat tercapai jika dibangun di atas dasar kepercayaan. Sementara itu, 76% setuju bahwa pendekatan berbasis kepercayaan terhadap teknologi harus berkembang seiring dengan strategi digital lainnya.


Accenture Technology Vision 2025 juga menyoroti dampak kecerdasan buatan generatif (AI generatif) dalam berbagai aspek, mulai dari pengembangan teknologi, pengalaman pelanggan, hingga dunia kerja. Ketika model AI berhasil mengatasi batasan bahasa alami, hal ini akan mengubah cara perangkat lunak dikembangkan dan bagaimana bisnis mendigitalisasi operasinya.


Perusahaan kini berlomba untuk menjadikan AI sebagai titik interaksi baru dengan pelanggan. Namun, tantangannya adalah memastikan bahwa AI mampu memberikan pengalaman yang unik dan tidak seragam. Sebanyak 68% eksekutif di Indonesia khawatir bahwa model bahasa besar (LLM) dan chatbot dapat membuat suara setiap merek terdengar serupa. Meski demikian, 75% percaya bahwa tantangan ini dapat diatasi dengan membangun pengalaman AI yang lebih personal.


Selain itu, AI yang dapat berkolaborasi dan terus belajar dari interaksi manusia akan meningkatkan kepercayaan dan sinergi antara manusia dan teknologi. Sebanyak 80% eksekutif meyakini bahwa robot yang bekerja bersama manusia akan menciptakan hubungan kerja yang lebih harmonis.


3. Semakin Banyak Digunakan, AI Semakin Berkembang

Hubungan antara manusia dan AI bersifat mutualisme: semakin banyak orang menggunakannya, semakin AI berkembang dan semakin bermanfaat bagi penggunanya. Berbeda dengan otomatisasi konvensional yang manfaatnya cenderung statis, AI mampu terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan pengguna seiring waktu.


Sebanyak 80% pemimpin global menyatakan bahwa memastikan hubungan positif antara manusia dan AI adalah prioritas utama. Mereka menekankan bahwa komunikasi strategi dan keterlibatan karyawan dalam proses transformasi AI sangat penting untuk menghindari ketakutan terhadap otomatisasi.


Organisasi juga memiliki peluang untuk membekali karyawan dengan asisten digital berbasis AI generatif. Karyawan yang terbiasa menggunakan AI generatif lima kali lebih mungkin memiliki pandangan positif terhadap teknologi ini.


“Untuk memastikan pemanfaatan AI yang bertanggung jawab, perusahaan di Indonesia harus mengedepankan transparansi, pengawasan ketat, serta pelatihan strategis bagi tenaga kerja mereka,” kata Jayant.


Penting bagi perusahaan untuk menerapkan tata kelola yang jelas, mengawasi akses data, serta memastikan proses pengambilan keputusan yang etis dan akuntabel. Selain itu, investasi dalam peningkatan keterampilan karyawan serta membangun budaya kerja yang mendukung kolaborasi antara manusia dan AI akan semakin mempercepat adopsi teknologi ini.


"Dengan pendekatan yang tepat, perusahaan di Indonesia dapat menghadapi tantangan dalam penerapan AI dan menciptakan harmoni antara kemampuan manusia dan mesin, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat," tutup Jayant.(BY)