Mantan Prajurit TNI Terlibat Penjualan Senjata Pindad ke Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat -->

Iklan Cawako Sawahlunto

Mantan Prajurit TNI Terlibat Penjualan Senjata Pindad ke Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat

Minggu, 09 Maret 2025
.


Jakarta, fajarsumbar.com  - Polisi berhasil mengungkap jaringan perdagangan senjata ilegal yang melibatkan mantan prajurit TNI. Seorang pria bernama Yuni Enumbi (29) ditangkap saat membawa enam pucuk senjata api buatan PT Pindad dan ratusan amunisi di Kabupaten Keerom, Papua, pada Kamis, 6 Maret 2025.


Berdasarkan informasi yang diperoleh, Enumbi mendapatkan senjata tersebut melalui transaksi yang diduga melibatkan pihak militer Indonesia. Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), Sebby Sambon, mengklaim bahwa perdagangan senjata antara kelompoknya dan oknum militer telah berlangsung lama di pasar gelap.


“Ini wajar, namanya black market. Kami butuh senjata, mereka butuh uang. Senjata-senjata ini didapat dari kawan kami yang merupakan anggota aparat militer Indonesia,” ujar Sebby melalui pesan suara sebagaimana yang dikutip dari tempo.co,  Sabtu, 8 Maret 2025.


Satuan Tugas Damai Cartenz yang menangani kasus ini menyebut bahwa Enumbi memperoleh suplai senjata dari Surabaya dengan nilai transaksi mencapai Rp 1,3 miliar. Polisi menyita dua pucuk senjata laras panjang SS1 VI PT Pindad, empat pistol G2 Pindad, lima magazine, 882 butir amunisi berbagai kaliber, serta satu pucuk senapan angin.


Menurut Patrige, juru bicara Satgas Damai Cartenz, Yuni Enumbi sebelumnya berdinas di Komando Daerah Militer (Kodam) Kasuari sebelum diberhentikan pada 2022 karena keterlibatannya dalam jaringan jual beli senjata api dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB). Saat penangkapan, ia dibantu oleh dua orang lainnya yang berperan sebagai supir.


Hingga kini, aparat keamanan masih menyelidiki jalur distribusi dan pemasok senjata api dari Pulau Jawa. “Kami sedang mengerahkan tim untuk mengusut sumber senjata api ini lebih lanjut,” ujar Patrige.


Kasus ini mengungkap semakin kompleksnya perdagangan senjata ilegal yang melibatkan berbagai pihak, termasuk oknum aparat, dalam suplai senjata ke kelompok bersenjata di Papua. Investigasi lebih lanjut akan menentukan sejauh mana jaringan ini beroperasi dan siapa saja yang terlibat dalam bisnis senjata gelap ini.(*)