Tradisi Mangapiang Kayu Pertanda Ada Kematian Sudah Jarang Ditemukan Lebih Cendrung Membeli -->

Iklan Cawako Sawahlunto

Tradisi Mangapiang Kayu Pertanda Ada Kematian Sudah Jarang Ditemukan Lebih Cendrung Membeli

Jumat, 07 Maret 2025

 

Mangapiang kayu (potong kayu) saat hajatan sudah mulai terhimpit zaman. 


Oleh 
Hendrivon Wk Dt Sutan Nankodo 

Solsel.fajarsumbar.com - Di Ranah Minang ini banyak sekali tradisi tradisi yang muncul sejak zaman masehi atau zaman tempo dulu. 

bahkan tradisi yang dilahirkan oleh menek moyang tempo dulu  itu lebih melengket dan menjiwai bagi masyarakat, tidak ada makna dan tujuan dari tradisi orang minang itu yang salah, dan disalahgunakan, malahan sangat menjiwai, itulah orang. minang. 

Beragam tradisi, mulai dari tradisi adat, budaya, tradisi kampung dan sebagainya, namun perobahan zaman dan teknologi semakin canggih, tradisi tradisi rang Minang itu sudah banyak yang terhimpit zaman, akibat teknologi dan ketidak pedulian lagi. 

Salah satu tradisi yang sangat melekat dan harus diikuti oleh sebagian warga keturunan Minang setelah hajatan kematian adalah Mangapiang Kayu iduik ( Potong Kayu Hidup). 

Tradisi itu hampir tergilas zaman, nyaris tidak ada aktifitas itu lagi, terutama diperkotaan, yang bisa ditemukan hanya di pedesaan atau kampung kampung jauh dari perkotaan saja, istilah kerenya goro bersama Mangapiang Kayu. 

Bagi warga khusus laki laki dewasa di sekitar atau famili lainya yang tidak ikut dalam kegiatan itu mereka merasa malu serasa tidak punya kampung dan takut tidak dibawa ikut serta acara apa saja dikampung, yang penting hadir, saat itu bawa alat alat pemotong, kampak, golok dan lainya. 

Semisal tuan rumah sudah menyiapkan kayu hidup yang ditebang dikebun untuk dikeping bersama sama, 

Tujuan dan manfaat tradisi tradisi Minang itu seperti Mangapiang Kayu untuk persiapan emak emak ( kaum Ibu) untuk memasak dalam rangkaian acara mengaji tiga hari, mengaji 7 hari sampai mengaji 100 adalah untuk kebersamaan disaat suka dan duka, saling kenal, saling menghargai, saling. menghormati apalagi antara mamak dengan keponakan, cucu, orang sumando, bahkan besan sekalipun.(***)