![]() |
Ilustrasi. |
Jakarta – Xiaomi dikabarkan tengah serius menggarap chip prosesor buatannya sendiri. Perusahaan teknologi asal Tiongkok ini disebut-sebut sedang menyiapkan System on Chip (SoC) internal untuk memperkuat lini produk smartphone mereka di masa depan.
Meski sebelumnya sempat beredar spekulasi bahwa Xiaomi akan menggunakan teknologi fabrikasi 3nm, informasi terbaru dari akun Fixed Focus Digital—yang dibagikan ulang oleh Jukanlosreve di platform X—menyebut bahwa prosesor buatan Xiaomi akan dibangun menggunakan proses N4P dari TSMC. Node fabrikasi ini lebih stabil, efisien, dan hemat biaya, menandakan pendekatan realistis Xiaomi dalam mengembangkan performa dan efisiensi produksi secara bersamaan.
Spesifikasi Chip: Cocok untuk Kelas Menengah Atas
Mengutip laporan dari Gizmochina, bocoran spesifikasi menyebutkan bahwa chip Xiaomi akan mengusung arsitektur CPU octa-core dengan konfigurasi 1+3+4. Rinciannya meliputi:
1 inti Cortex X925 dengan kecepatan 3,2GHz
3 inti Cortex A725 berkecepatan 2,6GHz
4 inti hemat daya Cortex A520 pada 2,0GHz
Meski belum masuk kategori flagship, chipset ini tampaknya dirancang untuk perangkat kelas menengah atas, dan diprediksi akan debut di ponsel Xiaomi 15S yang dijadwalkan rilis pada 2025.
Untuk urusan grafis, chip ini akan dilengkapi GPU IMG DXT72 dari Imagination Technologies, dengan kecepatan hingga 1,3GHz. Menariknya, performa awal dari GPU ini bahkan diklaim bisa melampaui Adreno 740 milik Snapdragon 8 Gen 2, memberi harapan besar terhadap kemampuan grafis perangkat Xiaomi mendatang.
Komponen Tambahan dan Mitra Teknologi
Tak hanya itu, Xiaomi juga berencana menggunakan ISP (Image Signal Processor) hasil pengembangan sendiri. Sementara itu, beberapa komponen lain seperti modem 5G dan DSP kemungkinan akan dipasok dari pihak ketiga seperti MediaTek, Synopsys, atau bahkan Huawei—tergantung pada ketersediaan teknologi dan kondisi geopolitik.
Strategi Jangka Panjang Xiaomi: Mandiri di Bidang Chip
Langkah Xiaomi mengembangkan SoC internal merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan terhadap penyedia chipset besar seperti Qualcomm dan MediaTek. Selain memberikan kontrol lebih besar atas integrasi antara perangkat keras dan perangkat lunak, strategi ini juga memungkinkan Xiaomi mengatur pasokan komponen serta efisiensi biaya produksi secara lebih fleksibel.
Namun, perlu diingat bahwa faktor eksternal seperti ketegangan geopolitik dan regulasi ekspor teknologi dari AS bisa saja memengaruhi kelancaran produksi dan distribusi chip ini.
Seiring mendekatnya peluncuran resmi, publik menantikan informasi lebih rinci yang dapat mengungkap bagaimana langkah besar ini akan memengaruhi posisi Xiaomi di pasar global, terutama di tengah kompetisi ketat produsen smartphone dunia.(BY)