![]() |
. |
Padang, fajarsumbar.com – Setelah dua hari pencarian yang penuh harap, kabar duka akhirnya datang dari perairan sekitar Pulau Bonta. Ridho Ramadhan (15), remaja yang sebelumnya dilaporkan hilang akibat diseret ombak di kawasan Pantai Ujung Batu, Kelurahan Pasia Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, ditemukan dalam kondisi tak bernyawa pada Selasa (22/4/2025) pagi.
Korban merupakan anak asuh di Panti Asuhan Al Hurul Ain Wisma Indah V Tabing. Ia dikenal sebagai anak yang tenang dan rajin beribadah oleh pengurus panti. Kepergiannya menyisakan kesedihan mendalam, tidak hanya bagi pihak keluarga kandungnya, tetapi juga bagi pengasuh dan teman-teman sepenampungan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang, Hendri Zulviton, menyampaikan bahwa jenazah Ridho pertama kali terlihat oleh seorang nelayan di bagan lambung kapal HNI pada sekitar pukul 09.10 WIB. Lokasi penemuan berada di perairan dekat Pulau Bonta, cukup jauh dari lokasi awal korban dilaporkan hilang.
“Setelah menerima informasi dari nelayan, tim SAR gabungan langsung bergerak menuju lokasi menggunakan dua unit perahu karet. Sekitar pukul 10.11 WIB, jenazah korban berhasil dievakuasi ke daratan,” ujar Hendri dalam keterangannya kepada awak media.
Dengan ditemukannya jasad Ridho Ramadhan, operasi pencarian resmi dihentikan pada pukul 10.20 WIB. Seluruh unsur tim SAR dan relawan yang terlibat dalam pencarian dinyatakan selesai bertugas, meski suasana duka masih menyelimuti lokasi.
Peristiwa bermula pada Minggu sore (20/4/2025) sekitar pukul 16.30 WIB. Saat itu Ridho bersama tiga rekannya dari panti asuhan sedang bermain dan berolahraga di sekitar Pantai Ujung Batu. Seusai bermain bola, mereka memutuskan untuk mandi di laut. Namun keputusan itu berujung tragis.
Menurut keterangan saksi, Ridho dan seorang temannya, Ilham Sidiq, memilih mandi di titik yang agak menjauh dari dua rekan lainnya. Tanpa disadari, ombak yang saat itu mulai meninggi tiba-tiba datang dan menyeret keduanya ke tengah laut.
“Ilham berhasil diselamatkan oleh teman-temannya yang lain setelah berjuang keras melawan arus. Sementara Ridho langsung hilang terseret ombak dan tidak terlihat lagi. Kami langsung menghubungi tim BPBD dan Basarnas saat itu juga,” tutur salah satu pengasuh panti asuhan yang ikut ke lokasi kejadian.
Sejak laporan diterima, pencarian dilakukan secara intensif oleh tim SAR gabungan yang terdiri dari BPBD Kota Padang, Basarnas, TNI-Polri, Satpol PP, Dinas Pemadam Kebakaran, PMI, camat dan lurah setempat, serta relawan dan masyarakat sekitar.
Teknik pencarian dilakukan melalui penyisiran laut menggunakan perahu karet dan pemantauan dari daratan. Beberapa drone pantau juga sempat diterbangkan untuk membantu proses pencarian dari udara. Namun ombak tinggi dan cuaca kurang bersahabat sempat menjadi kendala utama di hari pertama pencarian.
Kabar ditemukannya jenazah Ridho membawa duka mendalam bagi keluarga. Korban merupakan anak dari pasangan Syafbudin (54), seorang petani dari Kabupaten Solok, dan Jasmanizar (51), seorang ibu rumah tangga. Meski Ridho tinggal di panti asuhan sejak beberapa tahun lalu karena alasan ekonomi, hubungan dengan orang tuanya tetap terjalin baik.
“Anak saya memang tinggal di panti, tapi kami sering datang menjenguk. Ridho itu anak yang baik, tidak banyak tingkah. Dia sangat taat beribadah,” ucap sang ayah, Syafbudin, dengan suara lirih.
Jenazah Ridho kemudian dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan medis sebelum diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan. Proses pemakaman rencananya akan dilakukan di kampung halaman orang tuanya di Solok.
Kepala BPBD Kota Padang mengimbau kepada masyarakat, terutama anak-anak dan remaja, untuk tidak mandi di pantai saat kondisi ombak tinggi atau cuaca tidak bersahabat. Pantai di kawasan Padang, terutama yang menghadap langsung ke Samudera Hindia, dikenal memiliki gelombang besar dan arus balik yang cukup kuat.
“Kami mohon perhatian semua pihak, terutama pengasuh atau orang tua, untuk lebih waspada dan mengawasi anak-anak saat berada di pantai. Tragedi seperti ini sangat menyedihkan, apalagi jika terjadi karena kurangnya pengawasan,” ujar Hendri Zulviton menutup keterangannya.
Dengan ditutupnya operasi pencarian ini, maka peristiwa tenggelamnya Ridho menjadi pengingat bagi semua bahwa laut tidak bisa ditebak, dan kehati-hatian harus selalu menjadi prioritas saat beraktivitas di wilayah pesisir.(Ab)