Terowongan Wilhelmina, Bukti Kejayaan Konstruksi Kolonial di Jalur Banjar-Cijulang -->

Iklan Muba

Terowongan Wilhelmina, Bukti Kejayaan Konstruksi Kolonial di Jalur Banjar-Cijulang

Minggu, 27 April 2025
Terowongan Wilhelmina sepanjang 1.116 meter di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat


Jakarta - Jalur kereta api Banjar-Pangandaran kini menjadi salah satu prioritas untuk diaktifkan kembali. Dahulu, jalur ini merupakan bagian dari rute kereta api Banjar-Cijulang yang memiliki panjang total 82 kilometer. Namun, saat ini jalur kereta Banjar-Pangandaran-Cijulang sudah tidak beroperasi sejak 3 Februari 1981.

Meskipun kereta api tidak lagi melintas, sejumlah peninggalan sejarah perjalanan kereta api masih dapat ditemukan di sepanjang jalur tersebut, salah satunya adalah Terowongan Wilhelmina.

Terowongan Wilhelmina: Keajaiban Konstruksi Zaman Kolonial

Terowongan Wilhelmina dikenal sebagai salah satu bukti kemajuan teknologi konstruksi pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia. Dengan panjang mencapai 1.127,1 meter, terowongan ini tercatat sebagai terowongan terpanjang di Indonesia yang dibangun pada masa kolonial.

Terletak di Jalan Pantai Karapyak, Desa Emplak, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, terowongan ini menembus pegunungan yang terbuat dari batuan andesit yang keras. Pembangunannya melibatkan teknologi tinggi dan pengerahan tenaga kerja yang besar, menjadikannya salah satu proyek infrastruktur paling ambisius pada waktu itu.

Nama "Wilhelmina" diambil dari Ratu Wilhelmina Helena Pauline Maria, penguasa Belanda yang memerintah dari tahun 1890 hingga 1948. Namun, di kalangan masyarakat setempat, terowongan ini lebih dikenal dengan nama Terowongan Sumber.

Keunikan Jalur Kereta Banjar-Cijulang

Terowongan Wilhelmina merupakan bagian dari jalur kereta api Banjar-Cijulang, yang melintasi medan pegunungan dan lembah di wilayah selatan Jawa Barat. Untuk mengatasi kondisi geografis yang sulit, jalur ini dirancang dengan banyak belokan untuk menghindari tanjakan curam. Namun, karena belokan yang terlalu panjang dan tidak efisien, pembangunan terowongan menjadi solusi terbaik untuk menembus pegunungan.

Pembangunan Terowongan Wilhelmina menjadi salah satu upaya strategis untuk menghubungkan Kalipucang dan Lembah Parigi melalui jalur kereta api. Dengan nilai historis yang tinggi dan arsitektur yang mengagumkan, terowongan ini tidak hanya menjadi infrastruktur penting, tetapi juga merupakan warisan budaya yang patut dilestarikan.(des*)