Kecerdasan Buatan Geser Tenaga Manusia, Pekerjaan Pemula Paling Rentan -->

Iklan Muba

Kecerdasan Buatan Geser Tenaga Manusia, Pekerjaan Pemula Paling Rentan

Kamis, 29 Mei 2025
Perusahaan Pangkas Karyawan, AI Ancam Pekerja Pemula di Bidang Teknologi. 


Jakarta – Perdebatan mengenai kapan kecerdasan buatan (AI) benar-benar akan menggantikan tenaga kerja manusia masih terus berlangsung. Namun, tanda-tanda pergeseran itu sudah mulai terlihat secara nyata.

1. Tren Pengurangan Karyawan
Meski belum dapat dipastikan secara menyeluruh, penerapan AI di berbagai sektor sudah mulai menggantikan sejumlah fungsi yang dulunya dijalankan oleh manusia. Berdasarkan survei dari Forum Ekonomi Dunia, sekitar 40% pelaku bisnis berencana memangkas jumlah pegawai karena berbagai tugas kini dapat dijalankan secara otomatis melalui AI.

SignalFire, sebuah perusahaan modal ventura yang memanfaatkan data untuk analisis pasar, menyampaikan bahwa mereka mulai melihat dampak nyata AI terhadap pola rekrutmen. Perusahaan ini memantau data dari lebih dari 600 juta profesional dan 80 juta bisnis melalui platform LinkedIn.

Dari hasil pantauan tersebut, ditemukan bahwa perusahaan teknologi kini semakin jarang merekrut lulusan baru, terutama sepanjang 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Justru, fokus perekrutan saat ini beralih ke tenaga kerja berpengalaman, khususnya di kalangan 15 perusahaan teknologi raksasa dunia.

SignalFire mencatat adanya penurunan hingga 25% dalam perekrutan lulusan baru oleh perusahaan Big Tech pada 2024. Penurunan juga terjadi di perusahaan rintisan (startup), yang merekrut lulusan baru 11% lebih sedikit dibandingkan tahun lalu. Walau jumlah pasti tidak disebutkan, perwakilan SignalFire menyatakan bahwa penurunan tersebut menyentuh angka ribuan.

Asher Bantock, Kepala Riset SignalFire, menegaskan bahwa AI memainkan peran besar dalam pergeseran ini. Ia menyebutkan ada "indikasi kuat" bahwa teknologi tersebut telah menjadi faktor utama dalam menurunnya kebutuhan akan tenaga kerja pemula.

2. Posisi Entry-Level Kian Terancam
Pekerjaan tingkat awal atau entry-level kini menjadi yang paling rentan tergeser oleh AI. Hal ini disebabkan karena banyak dari pekerjaan tersebut bersifat rutin dan dapat dengan mudah diotomatisasi oleh kecerdasan buatan.

Kemajuan AI dalam hal kemampuan menulis kode, mendeteksi kesalahan sistem, melakukan riset keuangan, dan mengelola instalasi software membuat perusahaan tidak lagi membutuhkan banyak staf untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut. Dengan kata lain, beberapa posisi untuk lulusan baru berpotensi hilang dalam waktu dekat.

Gabe Stengel, pendiri startup keuangan berbasis AI bernama Rogo, menuturkan pengalamannya saat bekerja di perusahaan investasi Lazard. Dulu, ia bertugas membantu perusahaan farmasi dalam proses akuisisi startup bioteknologi. Namun kini, teknologi yang dikembangkan Rogo mampu menggantikan sebagian besar pekerjaannya dahulu.

“Alat ini bisa melakukan hampir seluruh tugas yang dulu saya tangani, mulai dari menyusun laporan, melakukan due diligence, hingga menganalisis kondisi keuangan perusahaan,” ujar Stengel, dikutip dari TechCrunch pada Rabu (28/5/2025).

Meski belum ada pemangkasan resmi dari lembaga keuangan besar seperti Goldman Sachs atau Morgan Stanley terkait perekrutan analis, laporan dari New York Times tahun lalu menyebutkan bahwa pimpinan di perusahaan-perusahaan tersebut sempat mempertimbangkan untuk memangkas perekrutan staf junior hingga dua pertiga. Gaji para analis baru juga diproyeksikan turun karena volume pekerjaan mereka telah jauh berkurang berkat kehadiran AI.(BY)