Pandemi Jadi Titik Balik, Sambal Kawani Kini Ekspor Ribuan Botol ke Luar Negeri -->

Iklan Muba

Pandemi Jadi Titik Balik, Sambal Kawani Kini Ekspor Ribuan Botol ke Luar Negeri

Sabtu, 31 Mei 2025
Dukungan Rumah BUMN BRI Jakarta membawa Sambal Kawani dikenal hingga mancanegara. 


Jakarta — Sambal Kawani, merek sambal kemasan asal Ibu Kota, terus memperluas jangkauan ekspornya ke pasar internasional. Usaha ini berawal dari dapur kecil milik sebuah bisnis ayam goreng rumahan, namun kini telah sukses membawa rasa otentik kuliner Indonesia ke luar negeri, khususnya Taiwan.

Daniel Hendra, pendiri Sambal Kawani, mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 menjadi titik balik yang mengubah arah usahanya. Sebelum pandemi, Daniel mengelola restoran ayam goreng yang beroperasi di sebuah wisma di kawasan Kelapa Gading.

"Saat itu, omzet harian bisa mencapai sekitar Rp3,5 juta dari penjualan ayam goreng. Namun, pandemi membuat food court sepi karena banyak orang mulai bekerja dari rumah, dan penghasilan pun turun drastis," jelas Daniel.

Penurunan ini berlangsung cukup lama. Namun, saat bisnis perlahan pulih, Daniel menyadari ada satu hal yang tetap diminati pelanggan: sambal buatan sendiri yang khas.

"Ketika orang mulai kembali makan di luar, banyak yang tetap mencari sambal kami. Dari situlah muncul ide untuk berfokus pada produksi sambal saja," ungkapnya.

Daniel kemudian melihat peluang besar. Sambal yang sebelumnya hanya pelengkap menu ayam goreng, ternyata juga digemari oleh konsumen yang rindu akan rasa masakan rumahan khas Indonesia. Inilah yang memicu ide untuk memproduksi sambal dalam bentuk kemasan agar dapat menjangkau konsumen yang lebih luas, termasuk masyarakat diaspora.

"Kami akhirnya memutuskan untuk menjual sambalnya secara terpisah. Itulah awal mula produksi sambal kemasan Kawani," katanya.

Keputusan tersebut terbukti membuahkan hasil positif. Produk Sambal Kawani kini tidak hanya diterima di dalam negeri, tetapi juga laku keras di Taiwan, dengan permintaan mencapai ribuan botol dalam satu kali pemesanan. Seiring waktu, produk ini pun berkembang menjadi 18 jenis rasa berbeda, termasuk sambal ikan roa, sambal cakalang, cumi, oseng iga, teri pete, hingga chili oil.

"Tahun ini, permintaan dari Taiwan mulai mencakup varian baru, tidak hanya sambal bawang. Karena itu, kami terus berinovasi menciptakan rasa sambal yang sesuai dengan pasar," jelas Daniel.

Strategi diversifikasi varian sambal terbukti efektif meningkatkan penjualan. Saat ini, omzet yang diperoleh bisa mencapai puluhan juta rupiah, tergantung musim dan permintaan pasar baik di dalam negeri maupun luar negeri. Daniel pun melihat potensi pertumbuhan bisnis ini masih sangat besar.

Melihat animo pasar yang tinggi, khususnya di kawasan Asia, Daniel mulai menargetkan negara lain seperti Malaysia dan Singapura. Pilihan tersebut didasari oleh tingginya jumlah diaspora Indonesia yang tinggal di negara-negara tersebut dan masih memiliki minat besar terhadap produk kuliner nusantara, termasuk di Amerika Serikat.(BY)