![]() |
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pasaman Barat Sumbar Ekadiana Oktavia saat memantau ketersediaan pangan di Pasar. |
Pasaman Barat – Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat terus berupaya mengajak masyarakat menerapkan pola konsumsi makanan yang Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA). Tujuan utamanya adalah membentuk generasi yang sehat, aktif, serta produktif.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pasaman Barat, Ekadiana Oktavia, menyampaikan bahwa sosialisasi mengenai pola makan B2SA masih dilakukan secara bertahap. Hal ini dikarenakan belum semua masyarakat memahami dan mengaplikasikan pola konsumsi sehat secara optimal.
“Saat ini, pola makan masyarakat Pasaman Barat masih cenderung kurang bervariasi. Konsumsi umbi-umbian, produk hewani, kacang-kacangan, sayur, dan buah masih sangat terbatas,” ungkap Ekadiana di Simpang Empat, Kamis lalu.
Data tahun 2024 menunjukkan bahwa skor Pola Pangan Harapan (PPH) di daerah ini hanya mencapai 85,4 dari skor ideal 100, yang menandakan bahwa pencapaian konsumsi makanan yang ideal masih jauh dari harapan.
Menurutnya, rendahnya penerapan pola makan B2SA dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan masyarakat, keterbatasan daya beli, serta distribusi pangan lokal yang belum merata.
Untuk itu, Dinas Ketahanan Pangan terus menggalakkan edukasi dan pemberdayaan rumah tangga serta kelompok wanita tani agar mampu menyajikan menu B2SA berbahan pangan lokal yang mudah diperoleh dan terjangkau.
“Masyarakat perlu menyadari bahwa rasa kenyang tidak harus selalu dari nasi. Banyak sumber karbohidrat lokal yang tidak kalah bergizi bahkan bisa menjadi alternatif yang lebih baik,” jelasnya.
Ekadiana juga memberikan contoh bahwa satu porsi nasi sekitar 100 gram dapat diganti dengan:
* 2 buah kentang (210 gram)
* 2,5 buah pisang
* 3 buah jagung
* 1 buah talas
* 1,5 potong singkong
* 1 buah ubi jalar
Masing-masing bahan pangan lokal tersebut memiliki kelebihan khusus, seperti kentang yang kaya antioksidan, pisang sebagai sumber zat besi, jagung tinggi serat, talas mengandung kalsium, singkong yang membantu menurunkan risiko diabetes, serta ubi jalar dengan kandungan antioksidan tinggi.
“Dengan memanfaatkan pangan lokal, masyarakat bisa hidup lebih sehat dan bahagia. Selain itu, upaya ini juga membantu mengurangi ketergantungan pada beras, meskipun saat ini stok beras di Pasaman Barat masih dalam kondisi aman,” tutup Ekadiana.(des*)