Sri Mulyani, Boneka Barbie dan Hot Wheels Terancam Kenaikan Harga Akibat Kebijakan AS -->

Iklan Muba

Sri Mulyani, Boneka Barbie dan Hot Wheels Terancam Kenaikan Harga Akibat Kebijakan AS

Jumat, 02 Mei 2025
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati


Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS) berpotensi memengaruhi harga sejumlah produk mainan, termasuk Barbie dan Hot Wheels, yang selama ini diekspor dari Indonesia.

Sri Mulyani menyatakan bahwa boneka Barbie merupakan salah satu produk ekspor utama Indonesia ke AS, dan hal ini turut dibahas dalam pertemuannya dengan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, saat kunjungannya ke Washington, D.C.

"Boneka Barbie sebagian besar diproduksi di Indonesia. Saat bertemu dengan pihak Treasury AS, Barbie menjadi topik penting, mengingat Amerika adalah pasar utama, sementara Indonesia adalah produsen terbesar," ujarnya dalam konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Rabu (30/4).

Selain Barbie, Sri Mulyani juga menyoroti dampak kebijakan tersebut terhadap mainan lainnya, seperti Hot Wheels, merek miniatur mobil yang sangat populer. Pemberlakuan tarif tinggi oleh AS dapat berisiko menaikkan harga mainan ini di pasar global, termasuk di AS, yang merupakan pasar utama produk tersebut.

"Mainan seperti ini sangat penting, terutama pada musim liburan seperti Natal dan Black Friday, ketika banyak orang membeli hadiah mainan. Jika tarif retaliasi diberlakukan, harga mainan di pasar bisa terpengaruh," tambahnya.

Sebagai informasi, pabrik boneka Barbie terbesar di dunia saat ini berlokasi di Cikarang, Jawa Barat, di bawah PT Mattel Indonesia (PTMI), yang memproduksi lebih dari 85 juta boneka dan aksesoris Barbie pada 2021. PTMI juga memproduksi Hot Wheels, meskipun sebagian besar produksi utama dilakukan di Malaysia.

Sri Mulyani juga menekankan pentingnya menjaga daya saing industri manufaktur Indonesia, khususnya di sektor ekspor padat karya seperti mainan anak-anak, pakaian jadi, dan alas kaki.

"Produk-produk seperti sepatu Converse, Adidas, dan Nike juga diproduksi di Indonesia. Perubahan dalam rantai pasok dapat berdampak pada lapangan kerja di Indonesia," jelasnya.

Menurut Sri Mulyani, kebijakan tarif resiprokal AS ini tidak hanya berpengaruh pada barang-barang konsumsi, tetapi juga akan memengaruhi masyarakat luas di negara tujuan ekspor, termasuk Indonesia.(des*)