Jakarta – Warga Pademangan Barat, Jakarta Utara, menggelar aksi unjuk rasa sebagai bentuk protes atas banjir yang telah merendam rumah mereka selama beberapa bulan terakhir. Mereka menduga, banjir yang terjadi merupakan dampak dari proyek pembangunan jalan tol di kawasan Jalan RE Martadinata. Aksi demonstrasi tersebut berlangsung di Jalan RE Martadinata pada hari Senin (5/5/2025).
Dalam unjuk rasa tersebut, warga sempat memblokir jalan yang menyebabkan kemacetan panjang. Berdasarkan pantauan Kompas.com di lokasi, banjir telah merendam dua RT di RW 11, yakni RT 01 dan RT 02. Selain itu, banjir juga menggenangi area depan pintu kereta Stasiun Ancol. Ketinggian air bervariasi antara 10 hingga 30 sentimeter, yang membuat pengendara dan warga harus lebih berhati-hati saat melintas.
Kondisi Terkait Banjir
Seorang warga, Yeti (53), menyebutkan bahwa banjir sudah berlangsung selama dua bulan terakhir. "Banjir sudah terjadi selama dua bulan ini," ujarnya saat diwawancarai oleh Kompas.com di lokasi. Yeti menduga bahwa banjir disebabkan oleh penumpukan puing-puing dari pembangunan jalan tol yang menyumbat selokan di sepanjang Jalan RE Martadinata. Akibatnya, selokan menjadi mampet dan tidak dapat menyerap air dengan baik, sehingga hampir seluruh saluran di Pademangan Barat meluap ke jalan dan permukiman warga.
Selain masalah saluran mampet, pembangunan jalan tol juga dikatakan menyebabkan kebocoran pada pipa air di Jalan RE Martadinata. Kebocoran ini turut memperburuk genangan air yang merendam kawasan tersebut.
Gangguan Aktivitas Warga
Banjir yang terjadi selama berbulan-bulan ini mengganggu berbagai aktivitas warga Pademangan Barat. "Sangat menghambat, anak-anak sekolah jadi kebasahan," ujar Yeti. Hal senada juga disampaikan oleh Miftahudin (45), warga setempat. "Ini sangat mengganggu. Bahkan, orang-orang yang ingin salat di mushala kesulitan," ungkapnya. Tak hanya itu, jalan yang tergenang air juga menyebabkan banyak orang terjatuh karena licin. "Banyak orang tua yang terjatuh, apalagi yang mengantar anak," tambahnya.
Tuntutan Warga
Warga mengaku telah beberapa kali menyampaikan keluhan kepada pihak pengelola proyek jalan tol, namun tidak mendapatkan tanggapan yang memadai. "Ini akibat kelalaian pihak tol yang tidak merespons keluhan warga. Kami sebagai pengurus dan LMK (Lembaga Musyawarah Kelurahan), serta lurah, sudah mengingatkan, dan jika tidak ditanggapi, ini bisa memicu kemarahan warga, yang akhirnya berujung pada aksi demo seperti sekarang," kata Miftahudin.
Masyarakat meminta pihak pengelola tol segera mengambil tindakan untuk mengatasi banjir tersebut, seperti dengan menguruk jalan di Gang Siaga Dua, yang menjadi salah satu titik banjir. "Kami berharap pihak tol bisa segera bertanggung jawab, minimal dengan menguruk jalan dan memberikan ganti rugi," ungkap Miftahudin.
Miftahudin juga menambahkan bahwa banjir telah merusak sejumlah jalan di permukiman warga, yang sebelumnya dalam kondisi baik dan mulus. Karena itu, warga sering kali patungan untuk memperbaiki kerusakan jalan agar kembali seperti semula.
Ancaman Demonstrasi Berikutnya
Jika banjir terus berlangsung tanpa ada solusi yang jelas, warga mengancam akan menggelar aksi unjuk rasa lagi, dengan jumlah massa yang lebih besar. "Kami akan melakukan demo lagi dengan lebih banyak orang," tegas Miftahudin. Yeti pun menyampaikan hal yang serupa. "Kami akan terus berdemo hingga pihak pengelola jalan tol mengambil tindakan yang sesuai. Kami akan kerahkan seluruh LMK, RT, dan RW untuk memastikan ada kebijakan yang jelas untuk kami," ujar Yeti.(des*)