Kopi Jawa Makin Diminati Dunia, Inggris Jadi Pasar Terbesar -->

Iklan Muba

Kopi Jawa Makin Diminati Dunia, Inggris Jadi Pasar Terbesar

Selasa, 03 Juni 2025
Kopi arabika dari PTPN IV PalmCo.




Jakarta – Kopi Arabika asal Indonesia semakin diminati di berbagai belahan dunia, mulai dari Timur Tengah, Eropa, hingga Amerika Serikat, meskipun menghadapi tantangan tarif resiprokal dari Amerika.

Sepanjang kuartal pertama tahun 2025, Java Coffee Estate (JCE), hasil perkebunan kopi yang dikelola melalui kerja sama operasi (KSO) antara dua sub-holding Perkebunan Nusantara, yaitu PTPN IV PalmCo dan PTPN I SupportingCo di bawah PTPN III (Persero), berhasil mengekspor sebanyak 127 ton kopi ke berbagai negara.

Direktur Utama PTPN IV PalmCo, Jatmiko Santosa, dalam pernyataannya di Jakarta pada Minggu (1/6/2025), mengungkapkan bahwa Inggris menjadi pasar ekspor terbesar dengan volume impor mencapai 54.000 kilogram kopi, senilai Rp6,5 miliar.

Amerika Serikat menyusul dengan total impor sebesar 36.000 kilogram, bernilai Rp4,3 miliar. Selain itu, Arab Saudi dan Norwegia juga turut mengimpor kopi JCE dengan total volume gabungan mencapai 38.400 kilogram atau sekitar Rp4,5 miliar.

Jatmiko optimis ekspor kopi dari wilayah Ijen, Bondowoso, akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan mutu produk dan adaptasi terhadap sertifikasi berkelanjutan seperti Rainforest Alliance (RA) dan European Union Deforestation Regulation (EUDR).

“Pada tahun 2024, kami berhasil mengekspor kopi sebanyak 600 ton ke berbagai negara di Eropa, Asia, dan Amerika,” ungkapnya.

Ia menambahkan, “Kami yakin di tahun ini ekspor kopi Arabika specialty dari JCE akan terus bertumbuh dengan dukungan program strategis, termasuk peremajaan tanaman, sertifikasi keberlanjutan, pemanfaatan teknologi, serta penyesuaian terhadap regulasi internasional.”

Peningkatan ekspor ini turut mendorong pendapatan bersih JCE, yang mencapai Rp6,51 miliar sepanjang Januari hingga April 2025.

Jatmiko menargetkan laba bersih JCE hingga akhir tahun dapat mencapai Rp33,36 miliar, meningkat dibandingkan realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp32 miliar.

Untuk meraih target tersebut, Jatmiko yang dikenal sukses memimpin transformasi PTPN komoditas sawit di Riau dengan pencapaian laba tertinggi selama lima tahun berturut-turut, akan fokus pada berbagai inisiatif strategis.

Program intensifikasi melalui peremajaan menggunakan bibit unggul dan penerapan teknologi efisien yang telah berlangsung sejak 2021 hingga 2025, diyakini akan menjadi tulang punggung peningkatan produktivitas.

Hingga akhir 2024, program replanting telah mencapai 80 persen dari target, yaitu seluas 1.200 hektare dari total 1.500 hektare.

“Kami menyadari bahwa keberlanjutan adalah kunci untuk mengembalikan kejayaan kopi Jawa di pasar internasional,” tegas Jatmiko.

“Program replanting ini tidak hanya bertujuan meningkatkan hasil panen, tetapi juga memperpanjang siklus produksi tanaman kopi di perkebunan,” jelasnya.

Dengan pendekatan modern dan berbasis data, Jatmiko berharap setiap hektare lahan Java Coffee Estate dapat dikelola secara optimal untuk menghasilkan biji kopi berkualitas tinggi yang memenuhi standar ekspor.

Melalui upaya replanting yang berkelanjutan, Jatmiko menargetkan produksi kopi JCE pada 2025 mencapai 1.182 ton, yang akan menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah JCE berdiri.

PTPN IV PalmCo, yang berfokus pada komoditas sawit, merespons tantangan Holding Perkebunan Nusantara melalui KSO bersama PTPN I SupportingCo sejak 2022. Kerja sama ini mencakup investasi dan pengelolaan perkebunan kopi seluas 3.530,77 hektare.

Dalam KSO yang berlangsung selama 10 tahun, PTPN IV PalmCo menanggung 100 persen biaya investasi.

Selain membawa investasi, KSO ini juga menghadirkan budaya kerja baru dan pendekatan teknologi informasi yang inovatif di JCE. Langkah pertama yang dilakukan setelah KSO disepakati adalah pengukuran ulang lahan menggunakan drone berbasis GIS untuk memetakan area produktif dan non-produktif.

Selanjutnya, pengelolaan budidaya dan peremajaan dikembangkan dengan mengacu pada Best Management Practices (BMP).

Jatmiko juga mengimplementasikan pemangkasan birokrasi agar proses lebih cepat dan berbasis teknologi informasi, melakukan evaluasi biaya kerja yang sistematis, serta melakukan restrukturisasi organisasi agar lebih ramping dan responsif.

Dalam tiga tahun terakhir, produktivitas JCE meningkat signifikan dengan hasil 409 kilogram per hektare untuk green bean dan 2.470 kilogram per hektare untuk kopi cherry.

Jatmiko menegaskan bahwa semua pencapaian ini merupakan hasil dari dedikasi, kerja keras, dan komitmen seluruh pihak yang mendukung transformasi JCE demi mengembalikan kejayaan kopi Jawa di pasar internasional.

Ia juga berpesan agar tetap konsisten menerapkan prinsip budidaya yang menjaga produktivitas, kualitas, keberlanjutan, serta pelayanan terbaik.

“Apa yang kami capai di sini akan dijadikan role model untuk petani kopi di Indonesia,” kata Jatmiko.

“Harapannya, bukan hanya JCE dan PTPN yang sejahtera, tapi seluruh petani kopi di Indonesia dapat merasakan manfaat dari hasil panen kopi yang berkualitas ini,” pungkasnya.(des*)