![]() |
Kondisi instalasi pengolahan air limbah (IPAL) RSUD Padang Panjang belum dikelola secara baik. Akibatnya muncul keluhan dari masyarakat sekitar. |
Padang Panjang, fajarsumbar.com – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padang Panjang, Sumatera Barat (Sumbar) saat ini tengah berada dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Banyak hal yang harus segera dibenahi, mulai dari fasilitas pelayanan hingga aspek manajemen. Harapan menjadikan rumah sakit ini sebagai pusat layanan kesehatan yang prima, rupanya masih jauh dari kenyataan.
Fakta ini terungkap saat Wakil Wali Kota Padang Panjang, Allex Saputra, bersama Ketua Komisi III DPRD Mahdelmi Dt. Maninjun, Sekdako Sonny Budaya Putra, Kadis Kesehatan dr. Faizah, serta sejumlah wartawan, melakukan inspeksi mendadak (sidak) pada Senin (9/6). Ini merupakan sidak kedua setelah sebelumnya dilakukan kunjungan mendadak, Minggu (8/6).
Dalam sidak tersebut, ditemukan berbagai kerusakan yang meresahkan, di antaranya plafon ruang rawat inap yang bocor, kran air dan lampu yang tak berfungsi, hingga tempat tidur pasien yang rusak. Selain itu, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) nyaris tidak berfungsi, dan dari lima mesin cuci yang tersedia di ruang laundry, hanya satu yang dapat digunakan.
Wawako Allex Saputra menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi rumah sakit yang seharusnya menjadi tempat pelayanan kesehatan utama bagi masyarakat. "Kerusakan seperti ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Ini bisa berdampak langsung pada kenyamanan dan keselamatan pasien," ujarnya.
Kondisi IPAL yang berada di bagian belakang RSUD juga memprihatinkan. Sedimen limbah tidak dikuras, penutup bak banyak yang hilang, dan saluran pengolahan tidak dirawat. Saat hujan deras, air masuk ke dalam bak dan menyebabkan limbah meluap hingga mengalir ke tali bandar persawahan warga. "Kaji ulang kelayakan fungsi IPAL ini. Rumah sakit harus menjaga standar lingkungan," tegas Allex.
Sidak juga menyasar gedung VIP, di mana banyak ditemukan plafon yang rusak akibat rembesan air hujan dan air kamar mandi. Lampu penerangan di bagian luar gedung bahkan disebut-sebut sudah tidak menyala selama bertahun-tahun. Di ruang laundry, kerusakan mesin cuci menjadi sorotan serius. "Kalau mesin satu-satunya itu rusak, bagaimana dengan pasien ratusan orang yang dirawat di sini?" tanya Allex.
Masalah serupa juga ditemukan di ruang perawatan anak, di mana beberapa fasilitas seperti toilet dan wastafel tidak berfungsi. Keluhan juga datang dari sejumlah staf yang mengungkapkan peralatan pendukung seperti dispenser dan printer banyak yang tidak bisa digunakan. Semua keluhan tersebut dikumpulkan dan disampaikan secara tertulis untuk ditindaklanjuti.
Sidak kemudian dilanjutkan ke proyek pembangunan gedung Instalasi Diagnostik Terpadu (IDT) yang telah berjalan hampir setahun. Gedung senilai lebih dari Rp14 miliar tersebut menunjukkan banyak ketidaksesuaian, seperti dinding retak dan tiang bangunan yang terlihat miring. Proyek ini bahkan sudah mengalami tujuh kali adendum atau perpanjangan pekerjaan.
Direktur RSUD dr. Lismawati menjelaskan bahwa batas akhir perpanjangan pekerjaan akan berakhir pada Juli mendatang. Namun, Ketua Komisi III DPRD Mahdelmi Dt. Maninjun menilai keterlambatan ini sangat merugikan masyarakat. "Banyak warga yang sudah menunggu layanan IDT. Akibat proyek ini belum selesai-selesai, pelayanan jadi tertunda," ujarnya.
Sementara itu, di Instalasi Gawat Darurat (IGD), tim sidak juga menemukan masih banyak kekurangan, salah satunya adalah belum lengkapnya perangkat medis seperti alat vakum. Kondisi ini tentu berdampak pada penanganan pasien gawat darurat yang seharusnya cepat dan tanggap.
Temuan lainnya adalah lemahnya kinerja Dewan Pengawas (Dewas) RSUD. Diketahui bahwa Dewas yang terdiri dari satu ketua dan dua anggota sudah bertahun-tahun tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Bahkan, mereka disebut belum pernah bertemu secara fisik untuk membahas persoalan RSUD.
“Kinerja Dewas harus dievaluasi. Tempatkan orang yang punya waktu dan komitmen. Kalau tidak mampu, sebaiknya diganti,” kata Mahdelmi. Ia juga mengingatkan pentingnya pengawasan internal yang aktif, dimulai dari kepala ruangan hingga manajemen tingkat atas.
Mahdelmi menekankan bahwa pengawasan bukan hanya soal laporan di atas kertas, tapi harus hadir di lapangan. "Tanpa kehadiran nyata, pengawasan tidak akan efektif. Koordinasi antarunit pun menjadi lemah," tambahnya.
Menutup sidak tersebut, Wakil Wali Kota Allex menegaskan bahwa pemerintah kota akan mengambil langkah-langkah konkret untuk memperbaiki kondisi RSUD. "Kami ingin RSUD Padang Panjang benar-benar menjadi rumah sakit unggulan di Sumatera Barat. Semua pihak harus bersinergi untuk memperbaiki kondisi ini," pungkasnya.
(syam)