Karhutla Landa Tanah Datar dan Solok, Ratusan Hektare Terbakar -->

Iklan Atas

Karhutla Landa Tanah Datar dan Solok, Ratusan Hektare Terbakar

Senin, 21 Juli 2025

 

Kondisi kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Jumat (18/7). 


Solok– Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan terjadi tujuh peristiwa bencana yang cukup signifikan di sejumlah wilayah Indonesia dalam kurun waktu 24 jam terakhir, terhitung sejak Sabtu, 19 Juli 2025 pukul 07.00 WIB hingga Minggu, 20 Juli 2025 pukul 07.00 WIB. Dari total kejadian tersebut, tiga merupakan peristiwa baru sementara empat lainnya merupakan pembaruan data dari kejadian sebelumnya.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyebutkan dua peristiwa paling menonjol adalah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Di wilayah Tanah Datar, titik api teridentifikasi di dua lokasi yakni Nagari Simabur, Kecamatan Pariangan, serta Nagari Pagaruyung, Kecamatan Tanjung Emas, dengan total luas lahan yang terbakar mencapai sekitar delapan hektare. Sementara itu, di Kabupaten Solok, karhutla melanda kawasan Nagari Paninggahan, Kecamatan Junjung Sirih, dan menghanguskan sekitar 300 hektare lahan.

Tim gabungan yang terdiri dari berbagai unsur masih terus melakukan upaya pemadaman dan pendinginan. Namun, kondisi cuaca yang cerah disertai hembusan angin kencang menjadi kendala karena mempercepat penyebaran api.

Selain karhutla, BNPB juga mengingatkan masyarakat akan potensi bencana hidrometeorologi kering, seperti kekeringan meteorologis. Pemantauan satelit dari Pusdalops BNPB menunjukkan peningkatan jumlah titik panas di beberapa daerah seperti Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Jambi. Setiap harinya, lebih dari 150 titik panas terdeteksi di wilayah-wilayah tersebut.

BNPB mengimbau masyarakat untuk menggunakan air secara bijak serta mulai menerapkan sistem pertanian yang tahan terhadap kondisi kering. Pemerintah daerah juga diminta meningkatkan sosialisasi tentang potensi gerakan tanah, terutama di kawasan perbukitan, serta memanfaatkan teknologi sensor tanah sebagai bagian dari sistem peringatan dini.

Menghadapi musim kemarau yang diperkirakan berlangsung hingga akhir September, BNPB menekankan pentingnya sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta dalam menjaga ketahanan lingkungan serta meminimalkan risiko bencana demi keselamatan bersama.(des*)